Kekaguman Prof. Siraje Terhadap Pesantren

Sekamanya Siraje Abdallah adalah seorang intelektual Islam asal Uganda dan merupakan Associate Professor Institute Education (INSTED), International Islamic University atau Universiti Islam Antarabangsa (UIA) Malaysia yang diundang Pascasarjana UIN Maliki Malang menyampaikan materinya bertema "New Paradigm on Islamic Education" pada 14 Desember 2013. Kebetulan beberapa hari sebelum beliau datang ke Indonesia saya berada di Malaysia dalam misi mengantarkan pejabat Pemda Lombok Tengah melakukan kunjungan studi banding dibidang pendidikan di Kuala Lumpur, yang kemudian oleh Pascasarjana UIN Maliki Malang saya diminta untuk menghubungi Prof. Siraje terkait dengan undangan memberikan kuliah tamu tersebut diatas. Memang beliau beberapa waktu lalu pernah berdiskusi dengan saya tentang pendidikan Islam di Indonesia dan salah satunya terkait dengan pesantren. Beliau juga pernah beberapa kali mengunjungi Indonesia (Jakarta, Bogor dan Padang) untuk berseminar dan berdiskusi tentang pendidikan Islam, kemudian setelah mendapat pengayaan tentang keunikan kekhasan pendidikan di negeri ini beliau menyampaikan ketertarikannya juga untuk mengunjungi UIN Malang.

Dalam sejumlah bagian materi presentasinya di Auditorium Pascasarjana UIN Maliki Malang beliau menyampaikan kekaguman atas pendidikan di Indonesia khususnya pendidikan di pesantren yang semestinya menjadi acuan bagi pengembangan pendidikan Islam tidak hanya di Indonesia tetapi juga bagi masyarakat Islam diibelahan penjuru dunia yang lain. Dunia Islam selayaknya lebih memerhatikan keberadaan pesantren ini sebagai suatu model pendidikan Islam yang diperkuat dengan kekayaan metode pembelajaran, tidak terpaku pada poor method belaka yakni sekedar "menghafal" (rote memorization) tetapi mampu memperkaya metode pembelajarannya secara dinamis. Dengan demikian diharapkan pendidikan Islam tidak lagi membiarkan dirinya menjadi bagian dari "knowledge consumption" melainkan beranjak ke orientasi baru yakni masuk dalam kategori "knowledge productions".

Sehari sebelum menyampaikan kuliah tamu beliau kami ajak mengunjungi beberapa pesantren di Malang dan berdialog dengan kami cukup intensif mengenai pendidikan Islam di pesantren pada khususnya. Selama ini mungkin banyak orang (termasuk umat Islam) menganggumi pendidikan Barat dan di negara-negara maju lainnya. Sebut misalnya jepang yang memiliki sistem pendidikan dasar cukup baik dalam meembentuk karakter anak didik. Di Jepang pendidikan dalam membentuk dan mengembangkan karakter anak didik disebut sebagai "Tokatsu" yang menaruh perhatian pada peningkatan interaksi sosial dan lingkungan. Melalui Tokatsu para siswa diajarkan menghargai dan menghormati orang lain, menjaga lingkungan tetap bersih, aman dan nyaman serta menempatkan diri secara baik dalam lingkungan sekitar yang membutuhkan perannya.

Apa yang dipraktekkan dalam pendidikan karakter ala Jepang itu sudah lama sebenarnya dilaksanakan oleh pesantren-pesantren di Indonesia. Hanya saja di Jepang pendidikan Tokatsu itu diterapkan disekolah-sekolah di Jepang secara masif dan merata sehingga gema dan dampak positifnya demikian terasa dalam kehidupan masyarakat sekitar, sementara di Indonesia sistem pendidikan pesantren cukup lama masih dianggap sebagai bagian pendidikan non formal terbatas hanya di lingkungan pedesaan. Sedangkan pendidikan formal di Indonesia masih dikuasai sistem persekolahan yang langsung atau tidak langsung bisa dikatakan amat terikat dengan perkembangan pendidikan di Barat. Dalam konteks inilah dialog kami dengan Prof. Siraje cukup menarik untuk dikembangkan agar suatu saat nanti pendidikan model pesantren ini bisa menjadi acuan dan bermanfaat bagi pengembangan pendidikan pada masyarakat dan dunia Islam. Diskusi lebih lanjut yang lebih serius memang diperlukan untuk membawa pendidikan ala pesantren menjadi andil bagi pendidikan tidak hanya di Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya beraga Islam, tetapi juga masyarakat muslim internasional yang tengah mencari jati diri pendidikan Islam. 

Kita memang menyaksikan sejumlah lembaga persekolahan di Indonesia mulai meniru model pesantren ini sebagai bagian dari sistem pendidikannya. Namun, apabilah "ruh" pendidikan pesantren tidak dipahami dengan baik maka dikhawatirkan sekolah umum dan pendidikan formal yang mengadopsi pendidikan pesantren tersebut tidak mengalami perubahan signifikan dalam keluaran pendidikan. Pola pikir dan paradigma pemahaman tentang nilai-nilai Islam yang diakomodasi dalam pendidikan formal mesti bebas dari penjiplakan worldview selain Islam, oleh karenanya fondasi dan landasan pendidikan Islam harus kuat dan berada dalam koridor ajaran Islam yang bersumber pada al Quran, Hadist, Sirah Nabawiyyah dan berbagai tradisi Islam yang tercerahkan. 

Prof. Siraje kami bawa ke toko buku di Malang dan memborong banyak buku terkait pesantren seraya beliau mengatakan kepada saya bahwa memahami buku-buku berbahasa Indonesia lebih mudah daripada buku berbahasa Malaysia karena dalam bahasa Indonesia banyak istilah-istlah ilmiah yang tetap dipertahankan (tidak diterjemahka) sebagaimana buku-buku Malaysia, sehingga ia lebih senang membaca buku berbahasa Indonesia. Selama tinggal di Malaysia dan juga berinteraksi dengan banyak orang Indonesia dan buku berbahasa Indonesia ditambah lagi istrinya yang berasal dari Malaysia membuat kecakapannya memahami buku Indonesia menjadi lebih mudah. Istrinya adalah juga dosen senior di Institut Aminuddin Baki, suatu lembaga yang melatih dan mengembangkan manajer-manajer sekolah di Malaysia. Selama berada di Malang istrinya juga diminta memberikan materi metode riset dihadapan mahasiswa S2 Bahasa Arab UIN Maliki Malang.

Berbagai ide, gagasan dan rencana muncul setelah Prof. Siraje berdiskusi dengan kami, mempelajari dan mengambil hikmah tentang pesantren. Riset terkait pesantren merupakan bagian dari perhatiannya termasuk dalam membimbing mahasiswa pascasarjana di INSTED UIA Malaysia. Demikianlah pula negara asalanya yakni Uganda melalui jaringan yang dimiliki akan diupayakan untuk belajar dan mengikuti model penddidikan pesantren Indonesia. Paradigma baru pendidikan Islam tidak perlu jauh-jauh belajar ke negara Barat yang sarat dengan propaganda dan juga dunia lain yang tidak mencerminkan kekuatan nilai Islam tetapi cukup mendalami ruh pesantren yang ada di Indonesia, meski tidak serta merta anti Barat atau peradaban non Islam lainnya.

Dalam hal propaganda kita mengetahui media Barat memang terkenal jagonya. Prof. Siraje yang warganegara Uganda ini memberikan contoh betapa konspirasi internasional berupaya melancarkan propaganda buruk terhadap Presiden Idi Amin yang memimpin negara Uganda beberapa dekade silam, sehingga masyarakat dunia dikelabui pemberitaan media Barat yang membuat seolah Presiden Idi Amin memiliki citra jelek. Hal dikarenakan Idi Amin seorang Muslim yang amat berjasa bagi umat Islam di Uganda yang jumlahnya minoritas disana. Akibat propaganda yang demikian kuat kehebatan dan kemajuan yang dicapai Idi Amin selama memimpin Uganda tidak diberitakan, justeru sebaliknya media Barat berhasil memutar balikkan fakta dengan menganggap Idi Amin sebagai penjahat perang, pembunuh dan berbagai citra negatif lain. Padahal, Presiden Idi Amin sangat besar jasanya bagi negara bahkan beliau Muslim yang baik berkontribusi besar bagi pengembangan Islam di Uganda. Sisi-sisi positif ini bahkan tidak diketahui dengan baik oleh dunia Islam itu sendiri dikarenakan pengusaaan informasi dan pemberitaan didominasi media Barat.

Sumber : UIN Malang

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Aditya Nusantara | Berita Terbaru | Berita Kampus
Copyright © 2014. IMAKA MALANG - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger