Tatkala mengantarkan delegasi pemerintah daerah Kabupaten Lombok Tengah bertemu dengan Direktur Bank Pembangunan Islam - Islamic Development Bank (IDB) regional office di Kuala Lumpur Malaysia ada satu cerita menarik disampaikan Pak Kunrat, orang Indonesia, Direktur IDB yang ruang lingkup tugasnya meliputi tiga negara Malaysia, Indonesia dan Brunei. Pak Kunrat bercerita tentang kisah sukses IDB dalam membantu salah satu kegiatan pembangunan di Bangladesh yang berupa pembangunan salah satu gedung perkantoran di pusat kota. Gedung perkantoran bertingkat tersebut berdiri di lahan tanah waqaf.
Pembangunan gedung megah ditengah kota itu dibiayai oleh IDB dengan tujuan setelah gedung itu selesai dibangun lalu ruang-ruang gedung akan disewakan ke sejumlah perusahaan dengan harga cukup tinggi sebagaimana lazimnya gedung-gedung megah di sejumlah ibukota negara yang disewa perusahaan-perusahaan besar. Karena lokasi gedung perkantoran ini yang demikian strategis, maka dalam waktu singkat ruang-ruang diperkantoran laris disewa perusahaan besar. Alhasil, yayasan waqaf tersebut berhasil mengumpulkan uang cukup besar dan dari uang itu oleh yayasan digunakan untuk melatih pemuda-pemudi Bangladesh yang tidak mampu disekolahkan untuk menjadi tenaga ahli teknologi informasi (IT).
Singkat cerita, banyak tenaga terampil hasil didikan sekolah IT Bangladesh itu berhasil memperoleh pekerjaan dibidang IT, tidak hanya bekerja di dalam negeri bahkan mereka juga ada yang bekerja di lembaga/perusahaan atau institusi di luar negeri. Pendidikan IT yang diselenggarakan di gedung itu juga menjadi terkenal bahkan menjadi pemasok tenaga ahli ke berbagai perusahaan dalam dan luar negeri. Keuntungan konersil pun diperoleh tidak hanya bagi yayasan umat Islam yang memiliki tanah waqaf tetapi juga bagi IDB. Keuntungan bagi IDB menurut Pak Kunrat kemudian dialihkan untuk pembangunan sejenis yang didanai IDB.
Kisah sukses bisnis pembangunan gedung perkantoran berikut kecemerlangan pendidikan keahlian IT di Bangladesh dalam membantu kualitas SDM di negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam itu boleh jadi bisa menginspirasi negara-negara lain dalam memanfaatkan peluang-peluang bisnis yang dapat digunakan juga untuk misi sosial seperti pendidikan. Selama ini yang kita ketahui bahwa gedung-gedung perkantoran yang berdiri di lahan tanah strategis dipusat kota kebanyakan milik swasta atau perseorangan, sehingga keuntungan komersil yang diperoleh masuk ke kantong sendiri. Sedangkan jika tanah dan gedung perkantoran milik yayasan umat Islam atau yayasan waqaf, maka tentunya keuntungan atau uang yang diperoleh dapat dimanfaatkan untuk kepentingan umat Islam seperti pendidikan yang diceritakan diatas.
Di Indonesia mungkin bisa dipikirkan agar tanah waqaf yang dimiliki yayasan Umat Islam untuk dijadikan perkantoran yang kemudian uang sewanya bisa digunakan untuk pembangunan SDM umat Islam. Selama ini tanah waqaf nyaris identik hanya untuk pendirian rumah ibadah dan sekolah yang kita tahu dalam operasionalisasinya memmerlukan dana yang tidak sedikit. Oleh karena itu jika lokasi tanah waqaf cukup strategis untuk dijadikan perkantoran atau usaha yang memiliki profitabilitas tinggi, maka keuntungan yang diperoleh bisa dipakai untuk mengadakan pendidikan bermutu sebagaimana telah dibuktikan umat Islam di Bangladesh.
Berpikir kreatif inovatif seperti cerita diatas dalam upaya meningkatkan kualitas umat Islam sudah semestinya ditumbuh-kembangkan dikalangan Umat Islam yang terlibat dalam tata kelola harta-harta waqaf, namun demikian azas kehati-hatian tetap dikedepankan. Pengelolaan harta waqaf tidak saja memerlukan kreativitas inovatif yang positif tetapi juga membutuhkan orang-orang berintegritas tinggi. Setiap niat, komitmen dan kemauan yang didasari keikhlasan untuk memajukan umat dan otomatis juga agama Allah, maka in sya Allah, akan ada jalan kemudahan untuk diwujudnyatakan. Bukankah Allah berfirman bahwa Allah akan menolong orang-orang mukmin yang menolong agama Allah (QS Muhammad 47: 7).
Posting Komentar