SEMARANG - Datang ke lokasi wisuda bersama orangtua tercinta adalah tradisi bagi para wisudawan di berbagai kampus. Bagi Raeni, ini berarti menumpang becak yang digenjot sang ayah, Mugiyono.
Tidak ada raut malu di wajah wisudawan terbaik di Universitas Negeri Semarang (Unnes) itu. Raeni tersenyum sumringah di atas becak sang ayah hingga ke lokasi wisuda. Pemandangan ini pun menyita perhatian para keluarga wisudawan dan puluhan wartawan di kampus Unnes.
Gadis berkerudung ini lulus dari jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi (FE) Unnes. Sejak semester pertama, peraih Bidikmisi ini membuktikan, keterbatasan ekonomi bukan halangan meraih prestasi. Dia beberapa kali meraih nilai indeks prestasi (IP) sempurna, 4,00. Hingga akhir masa studinya, Raeni mempertahankan prestasi tersebut dan mengantongi nilai indeks prestasi kumulatif (IPK) akhir 3,96.
Lulus kuliah S-1 bukan berarti perjalanan Raeni terhenti. Faktanya, Raeni menunjukkan tekad baja agar bisa menikmati masa depan yang lebih baik dan membahagiakan keluarganya.
"Selepas sarjana, saya ingin melanjutkan kuliah lagi. Penginnya melanjutkan (kuliah) ke Inggris. Ya, kalau ada beasiswa lagi," kata Raeni seperti dinukil dari laman Unnes.
Sang ayah pun mendukung sepenuh hati keinginan Alumnus SMK 1 Kendal yang ingin menjadi guru itu. Bahkan, Mugiyono rela mengajukan pensiun dini dari perusahaan kayu lapis agar mendapatkan pesangon.
Sebagai gantinya, Mugiyono pun mulai mengayuh becak sejak 2010. Setiap hari, dia mangkal di Kelurahan Langenharjo, Kendal; tidak jauh dari rumahnya.
"Sebagai tukang becak, penghasilan saya tidak menentu, sekira Rp10 ribu hingga Rp50 ribu. Karena itu, saya juga bekerja sebagai penjaga malam sebuah sekolah dengan gaji Rp450 ribu per bulan," ujar Mugiyono.
Menurut Rektor Unnes, Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., pencapaian Raeni membuktikan, anak dari keluarga kurang mampu tidak memiliki halangan untuk bisa berkuliah dan berprestasi. Salah satu contohnya adalah Raeni.
Tidak hanya itu, Fathur meyakini, dalam waktu dekat, kaum dhuafa akan bangkit melalui pendidikan. Keyakinan Fathur cukup masuk akal mengingat setiap tahun ada 50 ribu mahasiswa tidak mampu yang menerima Bidikmisi. Unnes sendiri menyalurkan setidaknya 1.850 Bidikmisi setiap tahun dan menyediakan 26 persen dari total jumlah mahasiswa mereka untuk para siswa dari keluarga tidak mampu.
"Kami sangat bangga dengan apa yang diraih Raeni. Anak-anak dari keluarga miskin akan segera tampil menjadi kaum terpelajar baru. Mereka akan tampil sebagai eksekutif, intelektual, pengusaha, bahkan pemimpin republik ini," kata Fathur.
sumber : Kompas
Diposting oleh
IMAKA (IKATAN MAHASISWA KOTA ANGIN)
02.29